Surat Terbuka Untuk Ibu, Dari Anakmu yang Sulit Berucap Rindu



Bu, anakmu ini jawara soal menahan gengsi dan rindu. Dalam pertanyaan "apa kabar? Atau "hai bu" terselip rinduku ke ibu.
 
Mungkin sempat terbesit di benak ibu mengapa tak pernah mendengar kata rindu dariku. Atau bahkan sekedar ungkapan sayang.

Entah mengapa ucapan manis itu sungguh berat untuk dikatakan. Pada akhirnya hanya pernyataan ingin pulang yang mewakili perasaan kangen itu. Terkadang sekadar pertanyaan sehatkah ibu juga sudah menjadi kalimat pengganti kata rindu.

Berbeda dengan teman, dimana kata kangen itu dapat dengan mudah terucap tanpa beban.
Terkadang akupun iri melihat mereka yang dengan lepasnya memeluk ibunya. Tak segan bilang sayang dan dengan romantisnya memberi bunga.

Hubunganku denganmu mungkin tak sehangat itu ya bu? Tapi, kehangatan itu menjelma dalam bentuk lain. Kehangatan terasa ketika ibu begitu mengkhawatirkan kesehatanku, dan mengingatkanku yang kerap melewatkan waktu sarapan.

Mungkin kalau dipikir-pikir ini terdengar lucu ya bu. Dulu saat kita dekat, kita sering berdebat.

Yaa, itu karena kita berdua punya pandangan yang berbeda tentang masa depan.
Aku yang ingin melepas lajang setelah kesuksesan di tangan, tentu bertentangan dengan ibu yang dengan tulus ikhlas mendedikasikan hidupnya untuk keluarga. Mengorbankan mimpimu,menepikan egomu, yang semata atas nama profesi paling mulia, yakni menjadi ibu rumah tangga.

Kelak, jika impian itu sudah terpenuhi, aku ingin seperti ibu.
Bu, bisa jadi alasan mengapa aku sulit berucap rindu, semata karena aku ingin membahagiakan ibu bukan dengan sekedar ucapan.

Aku ingin membahagiakanmu dengan tindakan. Meski ucapan rindu juga diperlukan sebagai bukti sayang. Aku sadar bahwa agenda untuk membahagiakanmu selalu kalah dengan segudang impian yang sudah kurencanakan.

Bu, meski ucapan sayang dan rindu itu sulit untuk ku ucapkan, setidaknya mendoakanmu menjadi agenda wajibku selepas shalat.

Hanya doa yang mampu kubingkiskan untukmu. Semoga ibu sehat selalu dan senantiasa dalam lindungan-Nya.. aamiin 

- Juniarwinalia
Previous
Next Post »
0 Komentar