Roda kehidupan terus menggelinding. Banyak cerita dan episode yang
dilewati pada setiap putarannya. Ada sedih, ada senang. Ada derita, ada
bahagia. Ada suka, ada duka. Ada kesempitan, ada keluasan. Ada
kesulitan, dan ada kemudahan. Tidak ada manusia yang tidak melewatinya.
Hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi apapun
yang tengah engkau jalani saat ini, tenangkanlah hatimu.
Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang selalu
berhasil meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan kesuksesan,
esok lusa bisa jadi menangis meratapi kegagalan. Saat ini bertemu, tidak
lama kemudian berpisah. Detik ini bangga dengan apa yang dimilikinya,
detik berikutnya sedih karena kehilangannya. Maka, episode apapun yang
sedang engkau lalui pada detik ini, tenangkanlah hatimu.
Cerita tidak selalu sama. Episode terus berubah. Berganti dari satu
situasi kepada situasi yang lain. Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang
diatas, kadang dibawah. Kadang maju, kadang mundur. Itulah kehidupan.
Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah berubah pada kita; yaitu,
hati yang selalu tenang dan tetap teguh dalam kebenaran.
Saudaraku, ketenangan sangat kita butuhkan dalam menghadapi segala
situasi dalam hidup ini. Terutama dalam situasi sulit dan ditimpa
musibah. Jika hati dalam kondisi tenang, maka buahnya lisan dan anggota
badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada jalur yang dibenarkan
dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak
keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi yang sedang
kita hadapi. Dan dengan itu lah kemudian –insya Allah- kita akan meraih
keuntungan.
Ketenangan Milik Orang yang Beriman
Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Tentang hal ini Allah berfirman:
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi
dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath [48]: 4).
Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah berkata, “Allah
mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan
diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan
keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang
menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka
diantara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini
adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka
senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati
yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam
kondisi sulit seperti ini pun. Maka bertambahlah keimanan mereka,
semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir al Karim: 791).
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Taubah [9]: 26)
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin
ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).” (QS. Al Fath [48]: 18)
Senjata Orang Beriman
Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-orang
shaleh dari sejak dahulu dalam menghadapi kondisi sulit yang mereka
temui dalam kehidupan mereka.
Ashabul Kahfi adalah diantaranya. Saat mereka mengumandangkan
kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka,
sehingga mereka terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga
dan kenyamanan hidup yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua
tanpa makanan dan minuman, ketenangan dan keteguhanlah yang membuat
mereka mampu bertahan. Allah berfirman tentang mereka,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan
hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami
adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan
perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al Kahfi [18]: 14)
Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan sahabatnya yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung
dari kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarahan
yang memuncak dan dengan pedang-pedang yang terhunus, hingga Abu Bakar
berkata, “Jika salah satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua
sandalnya, niscaya ia akan melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh ketenangan berkata,
“Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang Allah ketiganya.” (Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh Muslim no: 2381)
Allah berfirman:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ
أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ
اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua
orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.” (QS. Al Taubah [9]: 40)
Kisah lain yang sangat menakjubkan adalah kisah pada hari perang
badar. Musuh dalam kondisi sangat kuat dan digdaya, dengan persenjataan
yang cukup lengkap di depan mata, menghadapi tentara Allah yang sedikit,
persenjataan kurang dan tanpa persiapan untuk berperang. Akan tetapi
ketenangan bersemayam dalam hati-hati mereka. Maka Allah memenangkan
mereka dengan kemenangan yang jelas.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Oleh karena itu, Allah
mengabarkan tentang turunnya ketenangan kepada Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dalam situasi-situasi
sulit.” (Madâriju al Sâlikîn: 4/392 cet. Dâr al Thîbah)
Meraih Ketenangan
Jika demikian penting ketenangan dalam hidup kita, karena kesuksesan
juga sangat bergantung kepadanya, maka bagaimanakah cara untuk meraih
ketenangan itu? Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan
sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tempat
kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih ketenangan,
semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika pun
ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan
sesaat.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:
1. Berkumpul dalam rangka mencari ilmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:
« مَا اجتمعَ قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ
وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ، ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا
نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ، وحَفَّتْهم الملائكة ،
وذكرهم الله فيمن عنده »
“Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah tabaraka wa ta’ala,
mereka membaca Kitabullah azza wa jalla, mempelajarinya sesama mereka,
melainkan akan turun kepada mereka sakinah, rahmat akan meliputi mereka,
para malaikan akan mengelilingi mereka dan Allah senantiasa
menyebut-nyebut mereka dihadapan malaikan yang berada di sisi-Nya.” (HR
Muslim no. 2699)
2. Berdoa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam perang ahzab:
فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا وَثَبِّتِ الأَقْدَامِ إِنْ لَاقِينَا
“Maka turunkanlah ketenangan kepada kami
Serta teguhkan lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”
Maka Allah memberikan mereka kemenangan dan meneguhkan mereka.
3. Membaca al Qur`an
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »
“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795).
4. Memperbanyak dzikrullah
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al Ra’du [13]: 28)
5. Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ
وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ
النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ
الْمُفْتُونَ
“Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram
kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati
merasa tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa
(mejadikan untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al
Albani dalam Shahîh al Jâmi no: 2881)
6. Jujur dalam berkata dan berbuat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan.” (HR Tirmidzi no: 2518)
Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera
kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan
ketenangan kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan
berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian
tenang dan teguh. Allah berfirman:
“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang
diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi
mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti
Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti
Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ [4]: 68)
Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga
senantiasa teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada
kita, maka bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang
fana ini, akan ada yang berseru kepada kita dengan seruan ini:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb: 90-91)
Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.
[Meteri ilmiah dalam tulisan ini banyak diispirasi oleh Kitab Madâruju al Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh, cet. Dâr al Thîbah dan Kitab Hayâtu al Qulûb cet. Dâr Kunûz Isybîliyâ karya Syaikhunâ Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry hafidzahullâh]
Riyadh, 27 Jumada Tsani 1433 H
—
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan da’i di Maktab Jaliyat Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id
0 Komentar