Mungkin banyak yang bilang ini
tidak penting tapi penulis merasa sebaliknya. Setidaknya, setelah saya
menjadi seorang suami, salah satu serial tulisan saya di sini akan
ketambahan sudut pandang baru. Tulisan yang saya maksud adalah "Cara
mensyukuri uang 100 ribu". Sebelumnya, semua yang saya sampaikan di
dalam serial tulisan tersebut merupakan pengalaman pribadi saya sebagai
seorang bujangan. Membeli obat herbal, membeli sepatu olahraga, sampai
meregister nama domain untuk pondok pesantren adalah beberapa contoh
hal-hal yang yang sering saya lakukan untuk mensyukuri selembar uang 100
ribu yang hinggap di tangan saya. Tapi kini, pembaca harus siap dengan
tema-tema atau cerita baru yang akan saya hidangkan di dalam serial
tulisan ini. Sekali lagi, sebagai seorang suami. Bukan bujangan. Hehehe
... get ready.
Mandi keringat di Pasar Isimu
Hari
Minggu tanggal 21 April 2013 akan saya catat sebagai hari yang
bersejarah karena pada hari itu untuk pertama kalinya saya mengantarkan
istri saya belanja ke sebuah pasar tradisional yang terkenal dengan
riuhnya, sesaknya, dan tentu saja bau khasnya. Pasar itu adalah Pasar
Isimu. Sebuah pasar yang hanya buka di hari minggu dan sumpek dengan
berbagai jenis barang kebutuhan. Mulai dari sembako, sayur-mayur,
buah-buahan, daging-dagingan, ikan-ikanan, bumbu-bumbu, perabot rumah
tangga, alat-alat pertukangan, alat-alat listrik, hingga obat kaki lima
semua ada di sana. "Seperti Hypermart", ujar istriku sambil tertawa.
Pagi
itu kami berangkat sekitar pukul 7 pagi dengan kuda pacu Honda Blade
plus uang beberapa ratus ribu di tas. Kami pulang dua sampai tiga jam
kemudian. Anda tidak perlu tanya lagi tentang letihnya kami sepulangnya
dari sana. Cukuplah keringat di baju dan bau amis yang menempel di badan
sebagai penanda untuk semuanya. Sungguh lelah, tapi kami berdua senang.
Dengan beberapa ratus ribu tadi, kami sudah bisa membawa beberapa macam
sayur, beberapa macam daging dan ikan, berkilo-kilo beras, sekilo gula,
bumbu, alat dapur, dan masih banyak lagi yang lainnya. Istriku bilang,
"cukuplah buat stok seminggu, insyaallah."
Relativitas Uang 100 ribu
Setelah
seminggu berlalu, sadarlah saya bahwa istriku memang benar. Belanjaan
kami minggu lalu memang cukup untuk menutup kebutuhan selama satu minggu
ke depan. Sebagai seorang mantan bujang, ehemmm ..., saya jadi
terperangah. Saya akhirnya menyadari bahwa ternyata para pria yang sudah
menikah, khususnya untuk mereka yang berhasil mempersunting gadis
dengan keahlian masak-memasak, sebenarnya bisa menghemat beberapa ratus
ribu uang di kantongnya. Caranya ya itu tadi, berbelanjalah di pasar
tradisional, lalu masaklah sendiri semua makananmu. Baik untuk makan
pagi, siang, ataupun malam.
Dahulu sewaktu masih mandiri - mandi
sendiri, makan sendiri, cuci baju sendiri, dan tidur sendiri - biasanya
saya bisa menghabiskan uang sekitar 350 ribuan per minggunya atau sama
dengan sekitar 50 ribu per hari hanya untuk makan. Kini, setelah
menikah, kalau hanya untuk makan 3 kali sehari selama seminggu, uangnya
hanya keluar di kisaran 250 sampai 300 ribu. Dengan kata lain, saya bisa
menghemat 50 sampai 100 ribu. Not bad. Di samping menghemat uang, salah
satu nikmat lain yang tidak bisa dinilai dengan uang adalah kebersamaan
saya dengan sang istri tercinta di rumah plus memakan berbagai jenis
variasi makanan yang sebelumnya jarang sekali bisa saya jumpai di rumah
makan di Gorontalo pada umumnya. Awesome!
Merenungi 100 ribu saat ini
Untuk
beberapa kalangan di Indonesia, uang 100 ribu terkadang sudah tidak ada
gunanya. Saat mendapatkannya, banyak yang tidak mampu mensyukurinya.
Saya sendiri dulu mungkin termasuk salah satunya. Saya atau mungkin juga
Anda kan inginnya 1, 10, atau 100 juta, bukannya 100 ribu. Kita sering
tidak sadar bahwa dengan nominal uang seperti itu sejatinya banyak
hal-hal baik yang bisa kita lakukan, baik untuk diri sendiri, keluarga,
maupun lingkungan. Duh, sedihnya kalau kita menjadi orang yang tidak
pandai bersyukur. Banyak sekali yang akan hilang dari diri kita bila
penyakit kufur nikmat datang menghinggapi. Artikel kecil seperti ini
saya harap ada faedahnya saat Anda baca. Siapa tahu Anda bisa
terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang hebat dengan bantuan uang se
pek ceng (100 ribu dalam bahasa hokien) itu.
Hmmm
... dan saya pun sekarang bersyukur karena selain sudah mulai menulis
lagi, saya juga sudah bisa menambahkan katalog rasa syukur baru untuk
uang 100 ribu ke dalam basisdata di kepala saya, juga di
pengusahamuslim.com. Beras 2 kg, gula 1 kg, garam 1 botol, sayur bayam
dua ikat, 5 timun, 2 jeruk purut, cumi satu canting, udang 10 ribu, dan
seterusnya. Bila Anda sempat menemani istri ke pasar, Anda pasti bisa
dengan mudah menambahkan daftar belanjaan tersebut. Selamat berbelanja.
Bareng istri tercinta tentunya.
PS: Bagi para
pembaca pengusahamuslim.com yang belum menikah tidak perlu berkecil hati
karena Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Sabar dan teruslah
berdoa serta berusaha. Insyaallah sang dambaan hati kan datang juga.
Amin.
0 Komentar