AKU “Pencuri Pengalaman”



Senang banget rasanya kalo punya percakapan yang isinya gak melulu tentang gosip, keluhan, atau topik yang gak jelas. Percakapan yang diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti percakapan orang tua kepada anaknya. Percakapan yang didalamnya terkandung petuah-petitih, kata kata bijak, motivasi atau pengalaman yang sudah mereka alami.

Dari ibuku, terkuak kisah perjuangan kakek sang penebang kayu dengan diameter 4 bentangan tangan orang dewasa. Aku diantara rasa percaya dan tidak percaya mendengarnya. Kakek hanyalah seorang petani biasa, transmigran yang membawa keluarganya ke Pulau Sumatera. Mengadu nasib dengan bercocok tanam di tepian hutan belantara. Untuk membangun rumah sederhana dia adalah sosok yang tak suka berkeluh kesah.

Tidak mudah menaklukkan sang raksasa, apalagi dengan kapak yang seadanya. Bersama teman teman, ia menghabiskan lebih dari satu minggu untuk menebangnya. Ia berkata kepada nenek dan ibuku “Ibu sama kakak awas ya, kayunya sudah mau tumbang”. Nenek bergegas memeluk ibuku, untuk memastikan anaknya tidak akan tertimpa oleh pohon raksasa. Mendengar ibu bercerita aku seolah-olah berada disana, membisu tapi memperhatikan dengan seksama.

Memperhatikan keseharian orang tua, duduk mendengarkan nasehatnya, seharusnya menjadi agenda rutin bagi yang muda. Ada banyak pengalaman yang ingin mereka bagi. Keseharian waktu muda, perjuangan hidup mereka serta mana yang benar dan mana yang salah. Tak ada yang salah kalau mereka menginginkan kita menjadi apa yang mereka mau. Mereka mempertimbangkan atas dasar pengalaman. Sedangkan yang muda lebih sering berbicara berdasarkan nafsu. Pada fase ini yang perlu kita lakukan adalah menurunkan sedikit ego kita, ambil nasehat itu, dan curi pengalaman darinya.

Ternyata ini bukan hanya sikap orang tua, melainkan sikap orang dewasa pada umumnya. “Janganlah bosan menjadi murid, karena kalau kau sudah siap, ada banyak guru yang akan membimbingmu”. Barang kali itulah kutipan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana anak muda seharusnya bersikap saat ini.
 
Oleh karena itu bertemanlah dengan orang yang lebih dewasa, silaturrahmi, ukhuwah, atau langsung meminta nasehat jauh lebih baik daripada kita harus melewati kehidupan yang kita tidak tahu akan kemungkinannya. Semoga dari semua pengetahuan yang kita dapatkan kita bisa menjadi sebaik-baiknya manusia.

- Suhendri
Previous
Next Post »
0 Komentar